أيضًا وجدت بعض الأحداث المُرجّح تضعيفها عند أهل الحديث مثل واقعة نسج العنكبوت في الهجرة، ونوم علي رضي الله عنه في فراش النبي قُبيلها، وإن كان الكتاب لا يعوزه التحقيق على عادة مؤلفه رحمه الله. الكتاب ممتع إجمالا والنصوص مستقاة في غالبها من نصوص الأحاديث والآثار، مع فصاحة المؤلف وحسن بيانه، وإن لم يكن الرائد في مجال السير.
Bahkan pula, hadis-hadisnya telah di-tahqiq dan di-takhrij oleh Syaikh Salim bin ΄Ied al-Hilali hafizahullah sehingga dapat dibezakan dan difahami mana yang sewajarnya dijadikan sebagai hujjah dan mana yang tidak. Selain itu, makna lafaz-lafaznya telah diperjelas sehingga dapat difahami dengan mudah. Dan yang istimewa, adanya tambahan perbahasan mengenai sifat fizikal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, keadaan rumah tangga beliau, dan hukum-hukum yang Allah khususkan bagi Nabi-Nya ini, yang tidak di-miliki oleh Nabi-Nabi selainnya ataupun oleh umatnya. Demikianlah sebuah pembentangan dan maklumat yang sangat jarang diperolehi pada mana-mana buku Islam bertemakan sirah. Membaca buku ini, selain dapat menyelami huraian kisah-kisah Nabi secara fakta dan ilmiyah, ia juga mampu memberikan motivasi dan meningkatkan semangat para pembaca dalam usaha-usahan mengikuti dan mencontohi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.
ينفع كمقدمة في السيرة لكن لو حد قرأ قبل كدة لن يستفيد إلا القليل.
As Portion of his critique, Shaykh Bilal presents a copious quantity of resources for Seerah within the English language that Dr Mohuiddin could have utilised rather than the ones quoted in “Revelation”. Relatedly, the citations from this review are essential-study for anyone searching for good Seerah methods. As with all translations, I am sure many of the first sentiment and literary quality of “Prophet of Mercy” was lost. even so, the translation is Plainly very intentional and strives to provide the sensation from the writer. This arrives as no surprise as the interpretation was accomplished by a committed university student of Shaykh Nadwi. This is very important mainly because even though it is extremely tutorial and comprehensive, it nevertheless conveys Shaykh Nadwi’s ardent love with the Prophet (SAW) and fervour for the field of Seerah. Shaykh Nadwi’s commentary over the lifetime of Prophet (observed) are priceless and established this e book apart from many other contemporary works. regrettably a lot of English Seerah style publications strike a very apologetic tone which acquire away from the value of a Prophetic biography. although Shaykh Nadwi does relate the Seerah to these days’s earth, he doesn’t clarify absent just about anything for dread of upsetting a contemporary viewers. I'd personally very suggest this e-book as a vital source for anybody attempting to understand the lifetime of the Prophet (SAW) inside the context of Arabia at that time along with how his lifetime and lessons relate to us right now.
berangkat ke tempat tujuan dengan sabdanya: “Kafilah dagang Qureisy akan lewat, barangkali Allah akan menganugerahkan kekayaan mereka kepada kalian”. Beliau tidak menyinggung akan ada perang padahal kemungikan untuk itu sangat besar. Setelah melakukan berbagai transaksi jual-beli yang cukup menguntungkan, kafilah berangkat meninggalkan Ghazzah bersama barang-barang bawaan dan kekayaannya menuju Mekkah melalui Az-Zarqa kemudian Adzru'at. Sebelum tiba di Mi'an salah seorang dari suku Judzam menyampaikan informasi bahwa kaum muslim akan here menghadang mereka. Diriwayatkan oleh AlWaqidi bahwa “salah seorang dari suku Judzam menemui mereka (kafilah) dan melaporkan bahwa pada saat kafilah berangkat menuju Syam, Muhammad telah merencanakan untuk menyerang mereka tapi terlambat”. Yang dimaksud adalah operasi gazwat al-abwa. Di sini terdapat kekeliruan dalam riwayat yang mengatakan bahwa Muhammad menunggu kafilah selama satu bulan sebelum kembali ke Yatsrib. Kemudian lebih lanjut sang Judzami melaporkan bahwa “jika pada saat berangkat dengan bawaan ringan dan sedikit saja Muhammad sudah berambisi menyerang kafilah maka sepulangnya kafilah dengan bawaan berat berikut kekakayaan melimpah akan lebih memancing lagi ambisinya, dan kali ini pasti sudah mempunyai perencanaan yang lebih matang. Maka waspadalah dan jaga kafilah baik-baik, karena aku tidak melihat ada persiapan persenjataan. Selanjutnya terserah bagi kalian menentukan keputusan”. (Al-Waqidi Vol. 1/28) Kiranya jelas bahwa sang Judzami cukup prihatin terhadap bahaya yang mengancam kafilah. Suatu indikasi bahwa dirinya adalah sekutu Qureisy. Suku Judzam umumnya adalah orang-orang Arab Nasrani atau keturunan bangsa Romawi. Hal ini menunjukkan bagaimana orang-orang Qureisy mengatur keamanan kafilah dan perdagangannya di Syam dan dari Syam ke Mekkah.
Pada fajar hari berikutnya seusai shalat shubuh Rasullah mengajak musyawarah mengenai rencana dan strategi pertempuran. Al-Hubab ibn Al-Mundzir segera bertanya apakah hal ini termasuk ketentuan wahyu atau perhitungan perang? Rasullah menjawab ini adalah masalah perhitungan perang. Al-Hubab ibn Al-Mundzir adalah seorang sahabat yang pernah menganut Kristen yang memiliki keahlian strategi perang atau apa yang disebut keahlian mengatur taktik dan siasat perang.
Al-falaq sendiri adalah terminologi al-Qur'an seperti dalam firman Allah:"Katakanlah (Muhammad) aku berlindung kepada Allah Tuhan al-Falaq30". Menurut para pakar tafsir, falaq berarti Allah membelah kehampaan yang gelap dengan cahaya keimanan. Dan cahaya seperti itulah yang dirasakan oleh Muhammad meliputi dirinya setiap kali sadar dari mimpi-mimpi yang shalihah itu. Tidak mesti mimpi-mimpi yang emanatif ibarat cahaya fajar tersebut terjadi ketika Muhammad sedang tidur di malam hari, tetapi bisa saja terjadi di siang hari setiap kali Muhammad lengah atau mengalami kontemplasi31 spiritual lalu terlihat olehnya pemandangan-pemandangan indah yang melapangkan dada dan menyejukkan jiwanya.
six. MOBILISASI DI PIHAK QUREISY Uraian mengenai perang Badr cukup banyak. Hanya dengan pemeriksaan yang cermat terhadap limpahan knowledge-info tersebut, seseorang dapat menemukan hikmah dan bahan pelajaran. Dalam konteks ini yang menarik perhatian kita adalah do'a yang dipanjatkan Rasulullah saat beliau menuju Badr: “Ya Allah, sesungguhnya Ibrahim, hamba dan Nabi kesayangan-Mu, memanjatkan do'a untuk penduduk Mekkah; Dan aku, Muhammad, hamba dan Nabi-Mu memanjatkan do'a untuk penduduk Madinah, anugerahkanlah kehidupan yang sejahtera kepada mereka dan hindarkan dari segala macam penyakit menular serta jadikan Madinah sebagai negeri tercinta bagi kami; Ya Allah, sesungguhnya aku telah menjadikan Madinah sebagai tanah-haram sebagaimana Ibrahim menjadikan Mekkah sebagai tanah-haram”. Penyebutan Madinah sebagai tanah-haram di sini untuk menguatkan persetujuan yang telah disepakati oleh Rasulullah bersama penduduk Madinah sebagai tanah-haram yang tersurat secara eksplisit dalam Piagam Madinah. Dikatakan: “Yatsrib adalah tanah-haram atas persetujuan seluruh penduduk Madinah”. (Ibnu Hisyam, Vol. 2/149) Rasulullah terkesan amat haru melihat keadaan pasukannya saat melakukan pemeriksaan barisan. Beliau memanjatkan do'a:“Ya Allah, sesungguhnya mereka tanpa alas-kaki, Engkaulah yang mudahkan perjalanannya; mereka tanpa pakaian, Engkaulah pelindungnya; mereka tanpa makanan, Engkaulah yang menjadikan mereka kenyang; mereka adalah fakir-miskin, Engkaulah yang membuat mereka kaya dengan segala anugerah-Mu”(Al-WaqidiVol. one/26). Suatu pernyataan yang menggambarkan betapapun sederhananya keadaan kaum muslimin, mereka dapat memenangkan perang berkat perkenan Allah kepada do'a Nabi-Nya. Segenap information sejarah juga menguatkan kenyataan ini. Di antaranya diriwayatkan bahwa “pada saat itu kaum muslim hanya memiliki 70 ekor unta, sehingga mereka harus mengatur barisan secara berdua, bertiga dan berempat.
Dari segi kepenulisan, buku karya Syaikh yang satu ini pernah memenangkan ajang lomba penulisan sejarah islam yang diadakan oleh sebuah lembaga tinggi keilmuwan di Arab Saudi.
الخرائط الجغرافية التوضيحية و التواريخ الميلادية الموافقة أضفت واقعية أكثر لتذكرنا بأن أحداث سيرة خاتم النبيين أقرب زمنيا من التصور الأسطوري الذي لدينا أحيانا.
Dengan meneliti seluruh kegiatan-kegiatan tersebut secara cermat dan seksama akan jelas bahwa al-maghazy merupakan satu kesatuan dari rangkaian yang saling mengikat satu sama lain. Ini adalah suatu rangkaian kegiatan militer dan politik yang sasarannya adalah penyebaran Islam dan ekspansi kekuatannya. Hal ini tidak begitu jelas bagi sejarawan tradisional kita, sehingga mereka mengkaji al-maghazy secara terpisah satu sama lain. Karena itu, mereka tidak dapat menemukan hikmah dibalik itu semua. Kadangkala mereka mengajukan keterangan yang amat bersahaja, yang -tidak ada hubungannya dengan misi dan target perang- mengenai motivasi lahirnya suatu keputusan Rasulullah untuk mengutus satu ‘detasmen’. Dalam hal ini mereka mengatakan misalnya “informasi telah sampai kepada Rasulullah bahwa suatu suku Arab mengadakan mobilisasi untuk menyerang Madinah, lalu Rasulullah mendahului serangan mereka, baik dengan memimpin langsung atau menunjuk seorang sahabat untuk memimpinnya”. Mereka secara tidak sadar menjadikan seluruh kebijakan dan kegiatan Rasulullah bersifat reaksional. Dari keterangan mereka difahami bahwa Rasulullah tidak menugaskan ‘detasmen’ dzi-amarr kecuali karena adanya informasi bahwa suku ghatfan dengan pasukannya telah bergerak menuju perbatasan Madinah untuk mengadakan serangan. Tapi jika kita kaji lebih seksama akan terlihat bahwa al-maghazy seluruhnya telah diatur dan dicanangkan secara cermat sekali sebagai satu kesatuan kegiatan militer dan politik yang bertujuan untuk menundukkan semenanjung Arab dan penduduknya kedalam Islam agar menjadi basis kekuatan penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia. Bahkan lebih dari itu kami mempunyai asumsi bahwa setiap kategori al-maghazy memiliki keterikatan satu sama lain dari segi urgensi dan concentrate on masing-masing.
Untuk pertama kali dalam sejarah, orang-orang Arab mengenal adanya suatu ikatan persaudaraan tanpa hubungan kerabat. Yang mereka kenal sebelumnya hanyalah balas dendam dan pertumpahan darah atas dasar fanatisme suku. Semboyan mereka adalah "tolonglah saudaramu baik dalam keadaan teraniaya maupun semenamena". Rasulullah merubah semboyan tersebut dengan mengulang-ulangi anjuran al-Qur'an: 'Beradalah di pihak yang benar dan bantulah yang benar walau dengan melawan dirimu sendiri'. Aisyah RA. amat tepat menggambarkan bahwa "akhlak Rasulullah adalah al-Qur'an". Maksudnya, akhlak Rasulullah adalah personifikasi dan refleksi keseluruhan ajaran dan anjuran al-Qur'an yang diterapkan pada diri Rasulullah dan tercermin dalam prilakunya. Rasulullah sangat peramah, beliau dapat saja membiarkan seseorang bersalah satu, dua sampai tiga kali. Jika tiba saatnya baru beliau mengarahkan dan meluruskan. Seorang sahabat bernama Salamah ibn Salamah ibn Waqsy yang berperangai banyak bicara dan tidak mengontrol ucapanucapannya. Dan hal itu tidak menyenangkan bagi Rasulullah. Sewaktu pasukan kaum muslim kembali dari perang Badr dengan kemenangan gemilang, penduduk Madinah menyambut mereka dan bertanya apa yang telah terjadi? Serta-merta saja Salamah bangkit menjawab “Ah, tiadalah yang kami lawan kecuali orang-orang jompo”. Di sini Rasulullah merasa perlu meluruskan, karena ucapan Salamah terkesan memperkecil nilai perjuangan yang telah dicapai. Beliau menegurnya :”Wahai saudara, mereka yang berperang melawan kita adalah pemimpinpemimpin Qureisy”. Seketika Salamah sadar, agaknya ada yang tidak berkenan di hati Rasulullah dan bertanya: seakan-akan paduka tidak senang padaku? 27
jawab bukanlah aku pembaca” lalu merangkul dan memelukku lagi kemudian melepaskan dan berkata :"Bacalah dengan nama Tuhanmu....."; Dengan hati bergetar, bahkan dengan tubuh menggigil Rasulullah kembali ke rumahnya mendapatkan Khadijah dan meminta untuk diselimuti. Kemudian setelah perasaannya kembali reda beliau menceritakan kepada Khadijah apa yang telah terjadi dan bersabda :"Aku sangat cemas". Khadijah menenangkan dan mengatakan: Tidak, Demi Allah, Tuhan tidak akan pernah mengecewakanmu; Sesungguhnya engkau tiada pernah mengabaikan silaturrahim, tidak pernah memutuskan hubungan kekeluargaan, engkau suka mengatasi persoalan yang dihadapi oleh orang lain, engkau adalah penyantun bagi yang tak punya dan selalu memuliakan tetamu serta selalu berlapang dada menghadapi setiap cobaan" Maka Khadijah mengantar beliau menghadap sepupunya, Waraqah ibn Noufal yang sudah sepuh dan daya penglihatannyapun sudah melemah.
The second matter was that although the producing was beautiful Generally, it did truly feel a tiny bit blocky sometimes. I assume I personally felt there was a lack of circulation in selected passages.
Comments on “Not known Details About buku tentang nabi muhammad pdf ”